Safari Jurnalistik, Dari Menghadapi Hoax Sampai Sniper di Poso

Safari Jurnalistik, Dari Menghadapi Hoax Sampai Sniper di Poso

- in Kabar Kampus
1431
0
Ketua Dewan Pers, Joseph Stanley Prasetyo menyampaikan materi tentang fenomena media terkini. ( foto :ajimandar.or.id)

karakterunsulbar.com ( Makassar )Hoax terus menjadi perhatian serius berbagai pihak, hoax yang dapat diartikan sebagai kabar bohong menjadi perhatian serius, baik di media massa maupun media sosial karena telah menimbulkan keresahan hingga berujung konflik.

Jurnalis yang berada dalam lingkaran utama arus informasi, penting memiliki profesionalisme menghadapi hoax.

Posisi jurnalis dalam menghadapi hoax tersebut menjadi bahasan utama dalam workshop Etik dan Profesionalisme Jurnalis yang digelar Aliansi Jurnalis Independen ( AJI ) Indonesia bekerjasama AJI kota Makassar di kota Makassar, 21 – 23 Juli.

Jurnalis media KARAKTER Unsulbar, Mizbah Sabaruddin (dua dari kanan, barisan depan, menghadap kamera) menyimak materi dari ketua Dewan Pers, Joseph Stanley Prasetyo ( foto – foto : KARAKTER Unsulbar ).

Peserta workhsop AJI tersebut antara lain puluhan jurnalis anggota AJI dari berbagai daerah di Indonesia serta mahasiswa jurnalis kampus Media KARAKTER Unsulbar.

“ Kami berharap melalui kegiatan (workshop) ini bisa mengurangi foto, karya tulis dan video yang bernuansa hoax dan hate speech,” kata Qordiansyah Agam Sofyan, Ketua AJI Makassar, mengawali sambutan pembukaan workshop.

Harapan peningkatan profesionalisme jurnalis juga disuarakan konsul jenderal Australia di Makassar, Richard Matthews saat menyampaikan sambutan pada pembukaan workshop.

Richard mengatakan saat berkunjung ke daerah – daerah, dirinya mendapat berbagai informasi dari pejabat di daerah yang dikunjunginya. Informasi yang disampaikan para pejabat tersebut, kata Richard lalu ia konfirmasi ke wartawan setempat.

“Pemimpin itu suka berkawan wartawan kalau beritanya positif, tapi kalau beritanya merugikan mereka, mereka tidak suka. Bagi saya pribadi, AJI sangat berguna. Saya keliling banyak pejabat. Tapi kalau ingin tahu yang benar, tanya saja sama AJI. Pasti ada pandangan yang berbeda, khususnya kegiatan politik. Mereka tahu AJI punya pandangan lain. Saya gembira sekali hadir dan menyokong acara ini,” tambah Richard seperti ditulis www.ajikotamandar.or.id.

Informasi menarik yang disampaikan Richard adalah munculnya pusat kajian kebenaran fakta di Australia yang dipelopori oleh perguruan tinggi di Australia.

Ketua Dewan Pers, Joseph Stanley Prasetyo membuka secara resmi kegiatan worksop. Saat menyampaikan sambutan dan materi setelah pembukaan, Stanley menjelaskan panjang lebar tentang fenomena makin tumbuh suburnya media di berbagai daerah di Indonesia.

Dewan Pers menengarai dari puluhan ribu media di tanah air sebagian adalah media abal – abal.
Atas fenomena itu, Stanley mengatakan, Dewan Pers akan terus melakukan verifikasi terhadap media. Bagi lulus yang verifikasi akan mendapat tanda barcode dewan pers.

“Di Timor Leste hanya 14 media, kalau di (kabupaten ) Tanjung Balai Karimun, ada 500 media di sana. Penduduk hanya 270 ribu jiwa, Sekarang waktunya utk memperbaiki diri,” kata Stanley membandingkan media di suatu negara dengan media di satu kabupaten di pulau Sumatera.

Menurut Ketua Dewan Pers,verifikasi media dan uji kompetensi jurnalis adalah bagian dari semangat Dewan Pers, untuk memperbaiki kondisi jurnalisme di Indonesia.

” Ada tukang gigi, ada dokter gigi. Harus dibedakan mana wartawan mana tukang wartawan. Wartawan diikat oleh kode etik”, tegasnya.

Selain Stanley, pemateri lainnya dalam workshop tersebut adalah Insany Syahbarwaty, jurnalis perempuan yang juga mantan ketua AJI Ambon tersebut menguraikan tentang aspek hukum dalam adovokasi wartawan.

Sniper Poso

Jurnalis kampus Media KARAKTER setelah mengikuti workshop jurnalistik AJI kemudian safari ke kantor Metro TV biro Makasssar bilangan jalan Alauddin Makassar. Di tempat itu, KARAKTER diterima jurnalis senior Taufiq Lau.

Kepada para awak KARAKTER, Taufiq yang juga alumni Mahasiswa Pecinta Alam ( MAPALA ) mengisahkan berbagai pengalaman liputannya dalam dan luar negeri.

Di dalam negeri, Taufiq pernah meliput di daerah konflik Poso, Aceh pasca Tsunami serta berbagai daerah lainnya di Indonesia.

Menurut Taufiq, jurnalis memiliki tanggung jawab moral untuk mengabarkan kebenaran, menyampaikan informasi ke khalayak, sehingga meskipun lokasi liputan adalah daerah konflik, jurnalis tetap berada di daerah itu untuk mendapat informasi dan menyampaikan ke publik.

” Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah saat meliput konflik Poso, saat itu masih ada sniper ( penembak gelap,) dan kami harus melewati jalan di kawasan yang diperkirakan ada
snipernya, tegang memang tapi alhamudulillah tetap selamat,” kata Taufiq.

Disamping menceritakan berbagai pengalaman liputan, Taufiq juga menyampaikan tips – tips bagi mahasiswa yang ingin bergelut di dunia jurnalistik.
Menurutnya, sebagai jurnalis kampus harus peka melihat peristiwa menarik dan penting di sekitar terutama di dalam kampus.

Di akhir kunjungan, Taufiq Lau menjelaskan tentang peralatan SNG ( Satelit News Gathering ), peralatan untuk melakukan siaran langsung dari lapangan.

” Workshop jurnalistik di AJI dan berdiskusi dengan jurnalis senior merupakan pengalaman sangat berharga, banyak informasi baru tentang dunia kewartawanan kami dapatkan, apalagi kami juga berkesempatan
berkenalan dengan para wartawan senior dari Jakarta dan Makassar,” kata jurnalis KARAKTER, Mizbah Sabaruddin. ( RD01 )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Halal Bihalal, Rektor Abdy Soroti Kedisiplinan Pasca Libur lebaran

karakterunsulbar.com – Sivitas akademika Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar)