karakterunsulbar.com – Mobil yang dikendarai Lauti Nia Astri berjalan pelan melewati jalan macet di bawah jembatan flyover di pusat kota Kairo, Mesir.
Di jembatan layang dan jalan di bawahnya saat itu sedang padat massa, dari kubu penentang dan pendukung pemerintah.
Dan tiba- tiba, ” Dur….,” sebuah botol yang bersumbu kain berapi, meledak tepat di depan mobil Lauti.
Botol yang dilemparkan dari atas jembatan ke jalan yang dilewati Lauti pecah, api segera merambat dan menyebar dari penguapan bensin atau alkohol dari botol.
” Kami yang ada di mobil kaget, tiba – tiba saja ada lemparan bom molotov dari atas jembatan ke jalan yang ada di bawahnya, Alhamdulillah, saya dan keluarga yang ada di mobil semua selamat, api tidak sampai menyambar mobil,” kata Lauti, seorang Diplomat perempuan Indonesia saat berkisah di kampus Unsulbar, 01/10/2024 tentang perjuangan Diplomat bertugas di negara yang sedang dilanda konflik.
Lauti mengingat kejadian dilempari bom molotov itu terjadi Oktober 2013, saat itu suhu politik negeri Piramida itu masih sedang dilanda konflik tajam antara dua kubu oposisi dengan pendukung pemerintah.
Mesir saat itu tengah dipimpin presiden Mohammad Morsi.
Bentrok yang terjadi saat Lauti melewati jalan di bawah flyover itu adalah antara kubu oposisi dengan aparat militer.
Setelah berhasil selamat dari bom Molotov, mobil Lauti terjebat macet, massa masih memadati jalan, terjadi konflik terbuka, suasana makin panas siang itu. Oposisi terus melempar molotov ke bawah jembatan, menyasar tentara yang membalas dengan tembakan peluru karet.
Sebagai seorang diplomat yang sudah berpengalaman, Lauti tidak panik, dengan cepat berfikir cara agar mobil yang dikendarai bersama keluarganya bisa keluar dari tengah medan bentrok massa dengan selamat.
” Mobil saya lewat setelah sopir kami melambaikan tangan dan berteriak, Indonesia…Soekarno…Indonesia…Soekarno, massa oposisi dan militer yang mendengar, mengizinkan kami lewat,” kata Lauti disambut tepuk tangan ratusan mahasiswa yang memadati aula Theather Kampus Padhang-Padhang, Tande Timur.
Menurut Lauti yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sebagai seorang diplomat, harus siap ditugaskan di semua kondisi, seorang diplomat mengemban tugas yang sangat penting, menjadi perwakilan resmi dari suatu negara untuk tugas diplomatik memperjuangkan kepentingan bangsa, negara di luar negeri.
Lauti bertugas di Mesir 2013-2017, selain itu pernah bertugas di kamboja, dan sempat menangani upaya penyelamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban perdagangan orang.
Pukulan Gelas Tony Blair
Bila Lauti berkisah tentang tantangan bertugas di negara yang sedang dilanda konflik, lain lagi kisah yang dibagikan Diplomat senior Vahd Nabyl Achmad Mulachela.
Vahd Nabyl membagi cerita kepada mahasiswa Unsulbar tentang pertemuannya secara langsung dengan Tony Blair, Perdana Menteri Inggris periode 1997 – 2007.
Pertemuan Vahd Nabil dengan Tony Blair terjadi tahun 2012, saat Nabyl bertugas sebagai diplomat sebuah pertemuan dunia.
Setelah memperkenalkan diri sebagai diplomat dari Indonesia, Nabil mengatakan kepada Tony Blair, bahwa skripsinya tentang sosok Tony Blair.
Nabyl merupakan alumni dari Universitas Parahyangan, Bandung, 2002.
” Tony Blair sumringah mendengar itu, Ia kemudian memukul gelas yang dipegangnya, sehingga semua tokoh dunia yang hadir di ruangan berbalik memperhatikan kami, dan Tony mengumumkan bahwa Diplomat telah menulis tentang saya, semua bertepuk tangan, sungguh apresiasi dari Tony berkesan bagi saya,” kata Nabyl yang juga disambut meriah, tepuk tangan ratusan mahasiswa Unsulbar.
Nabyl yang saat ini merupakan Kepala Pusat Studi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, juga mengisahkan pertemuannya dan dialognya dengan salah satu bintang pesakbola dunia, David Beckham yang kala itu sudah bermain di Galaxy United, Amerika Serikat.
Pertemuan, dialog dengan tokoh dunia merupakan bagian dari kisah perjalanan seorang diplomat yang menjadi ujung tombak negara berhubungan dengan dunia luar.
Naby mengatakan seorang diplomat bekerja untuk mempromosikan kepentingan nasional, membangun hubungan bilateral yang kuat antar negara. Diplomat bertugas untuk menjaga dan memajukan kepentingan nasional di tingkat global.
Selain Nabyl dan Lauti, sejumlah Diplomat lainnya juga berbagi cerita tantangan dan kisah menarik bertugas di berbagai negara.
Diplomat berkisah ini merupakan bagian dari kuliah umum yang digelar Program Studi Hubungan Internasional (HI) FISIP Hukum Unsulbar dengan menghadirkan para pejabat penting dari Kementerian Luar Negeri.
Inspirasi
Ratusan mahasiwa yang memadati aula Theter, Kampus Padha – Padhang, Tande Timur, tekun mengikuti acara dari pagi hingga siang.
Menurut para mahasiswa, kisah dan materi yang disampaikan para diplomat menginspirasi mereka, meniti jalan menuju sukses.
” Luar biasa, kisah mereka bertugas itu menarik, ada semangat dan inspirasi dari cerita itu, materi tentang tantangan Indonesia di kancah internasional juga sangat penting,” kata Aivens Gilbert Y. Amanratu, mahasiswa HI FISIP Hukum Unsulbar Angkatan 2023.
” Tugas yang diemban diplomat sangat penting, kisah yang disampaikan menarik dan tentu akan menjadi inspirasi bagi kami,” kata mahasiswa lainnya, Rahmaniah.
Selain mahasiswa, para dosen yang mengikuti kuliah umum para diplomat juga memberikan apresiasi, menurut para dosen Unsulbar, kehadiran para diplomat yang sudah melanglang buana di berbagai negara, penuh dengan pengalaman yang berharga.
” Kami akhirnya lebih tahu bagaimana tantangan bagi seorang Diplomat, kisah saat mereka bertugas itu sangat bermanfaat, menginspirasi,, terima kasih sudah hadir di Unsulbar, semoga kelak dari kampus ini akan lahir diplomat,” kata Dr. Abdul Hafid, dosen FISIP Hukum.
Pelaksana Harian (Plh.) ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Hukum (FISIP Hukum ) Unsulbar, Danar hafidz, M.Si, kehadiran para pejabat Kemenlu RI di Unsulbar kali ini diisi dengan sejumlah kegiatan, antara lain; peresmian berdirinya Pusat Studi Asia Tenggara Unsulbar, Penandatangan Naskah Kerjasama serta kuliah umum. (RD01)