::. Farhanuddin, M.Si
(Dosen FISIP Unsulbar)
Fukuoka, Jepang
Sambil menyeruput Kopi panas, pagi itu awal Nopember 2023 di sebuah Warung Kopi bernuansa Pakistan di kaki gunung Api Aso, Kumamoto, Jepang, penulis berdiskusi ringan dengan Khristian Agus Arianto, Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah 20-an tahun bermukim di negeri Sakura.
Sambil memandangi asap dari kaldera gunung Aso, kopi panas tanpa gula makin sedap diseruput.
Dalam suasana musim gugur, suhu tetap terasa cukup dingin.
Diskusi itu juga makin menarik saat Mas Kris, demikian saya akrab menyapa, bercerita tentang dinamika pemilu 2019 di Jepang.
Pria paruh baya ini sudah menjadi semacam perpustakaan, wawasannya luas menjelaskan tentang sejarah Jepang, budaya Samurai, Kedisiplinan warga Jepang menjaga kebersihan hingga khasiat berendam teraphy pasir panas.
Tentang Pemilu 2019, cerita mas Kris, yang pernah jadi pengajar dan kini juga sebagai pemandu, Ia punya sejumlah kisah menarik, mulai dari polarisasi pemilih di tanah air yang sempat terasa sampai ke Jepang, hingga pengalaman pertamanya mencoblos pemilu dengan metode surat suara dikirim lewat pos.
” Nyoblos saat itu (pemilu 2019,-) cukup mudah, surat suara dikirim datang ke rumah, setelah saya coblos, kirim kembali, itu tentu sangat membantu ditengah kesibukan bekerja,” kata Mas Kris yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia dan keluarganya bermukim di kota Tokyo.
Peraturan memang telah menjamin WNI yang berada di luar negeri tetap bisa menyalurkan hak pilihnya, pada pasal 357 ayat (3) Undang – Undang no 7/2017 tentang pemilu, bahwa pemilih dapat memberikan suara melalui surat pos yang disampaikan kepada PPLN di Perwakilan Republik Indonesia setempat.
Tantangan Pemilu di Luar Negeri
Tentang polarisasi pemilih, kendati tidak “sepanas” di tanah air, persaingan antar pendukung pemilih calon presiden saat itu juga terasa, baik di “dunia nyata” atau luring maupun di dunia maya, melalui media sosial.
Salah satu kejadian menarik yang mas Kris ingat, sejumlah warga Indonesia yang ke Jepang berkunjung jelang pemilu 2019 itu, berusaha memilih naik bus rombongan sesuai dukungan presiden yang didukung.
” Semoga tidak terjadi lagi seperti itu, pemilu kan mengintegrasikan, karena dari pemilu itu sesungguhnya kita berharap lahir pemimpin yang membawa bangsa yang maju, menuju kesejahteraan, tertib dan kedisiplinan terbangun,” kata Mas Kris diujung diskusi siang itu, seiring dengan berakhirnya kunjungan di kompleks musem Vulcano Aso, salah satu gunung berapi terbesar di dunia.
Sementara itu, melalui komunikasi via WhatsApp, Ketua PPLN Tokyo Dina Faoziah juga menyampaikan dinamika pemilu 2019, salah satu yang terekam dalam memory ketua Dina adalah “panasnya” suasana politik di media sosial.
” Di FB saat itu, sampai ada ajakan untuk untuk mencoblosi surat suara yg ditujukan kepada seniornya tetapi orangnya sudah pulang,” jelasnya.
Disamping persaingan pendukung di media sosial, tantangan lain penyelenggaraan pemilu di Luar Negeri diantaranya adalah pengiriman surat suara ke banyak orang yang terdapat di satu alamat, di mana status mereka tidak terverifikasi, kemungkinan bisa dicoblosi oleh orang yang tidak berhak.
Selain kerawanan saat pemungutan suara, tantangan lain di pemilu luar negeri dapat terjadi di sejumlah tahapan pemilu. Dikutip dari KOMPAS edisi 5 Nopember 2023, berbagai tantangan pada penyelenggaraan pemilu di Luar Negeri itu antara lain; perpindahan WNI masuk dan keluar yang tinggi namun tidak semua perpindahan itu tercatat, kemudian saat kemungkinan terjadi kekurangan surat suara karena mahasiswa yang datang di Luar Negeri tidak membawa surat pemberitahuan memilih.
Untuk memilih dengan metode pos, tantangannya antara lain WNI pindah alamat tanpa pemberitahuan, sedangkan pemberian suara melalui Metode Kotak Suara Keliling (KSK) tantangannya lokasi tempat WNI jauh serta kemungkinan hambatan izin oleh atasannya tempat dia bekerja.
Pendidikan Pemilih
PPLN Tokyo sendiri terus berupaya untuk menjawab berbagai tantangan penyelenggaran pemilu tersebut, antara lain terus melalukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi mengenai data pemilih hingga pendidikan pemilih tentang mekanisme pemilu di Luar Negeri.
PPLN Tokyo menyiapkan sejumlah layanan informasi di berbagai flatform media sosial, mulai Instagram, Facebook dan lainnya untuk memudahkan proses komunikasi antara PPLN dengan warga negara Indonesia di Jepang.
Data pemilih WNI di Jepang, untuk PPLN Tokyo 29.434 orang dan PPLN Osaka 9.053 orang.
Beberapa hari sebelum meninggalkan negeri Sakura, penulis menginap di kota Aso, Prefektur Kumamoto, Jepang.
Di restoran hotel tempat penulis tinggal, sempat bersua dengan sejumlah TKI yang bekerja di restoran dan hotel.
Sambil sibuk melayani pelanggan di restoran, sejumlah TKI sempat berbincang dengan penulis.
Pekerja Migran Indonesia
Jihan Zahra (20), salah satu Tenaga Kerja magang di Aso, berasal dari Karawang, Jawa Barat. Baru dua bulan datang ke Jepang bekerja, Ia dan rekan – rekannya, rencana bekerja magang hingga 2025 di Jepang.
” Semoga bisa nanti ikut pemilu, ini untuk pertama kali ikut (pemilu),” kata Jihan.
Para TKI yang bekerja di restoran itu tampak antusias saat diingatkan bahwa di 14 Februari 2024 mendatang akan dilakukan pemilihan umum.
Seperti WNI lainnya di berbagai belahan dunia, WNI di Jepang yang memenuhi syarat, akan memilih untuk pemilu presiden serta pemilu legislatif, khusus untuk DPR-RI.
Belajar dari Pemilu 2019 yang dinilai berhasil, hadir asa, pemilu 2024 akan kembali sukses dengan harapan pemilu tanpa polarisasi yang berpotensi memecah belah. Harapannya, isu pemilu lebih banyak diisi dengan informasi substansial tentang pemajuan bangsa.
Harapan lainnya, WNI, baik yang bekerja atau pelajar di Luar Negeri terjamin hak pilihnya.
Tentu apresiasi untuk PPLN Tokyo dan PPLN lainnya di berbagai belahan dunia yang terus bekerja keras menyelesaikan berbagai tahapan pemilu.
di Kota Fukuoka, sambil menikmati Matcha, minuman khas Jepang yang terbuat dari serbuk teh hijau tanpa gula, tampak daun pohon Sakura mulai berubah warna, dari warna hijau menjadi kuning, orange atau memerah lalu berguguran.
Dibalut dengan suhu yang mulai turun dan angin dingin berhembus, saya melihat semangat mas Kris dan WNI lainnya yang jauh dari kampung halaman tetap terus mendambakan Indonesia makin maju kedepannya.
Arigatou Gozaimasu!… Sayonara…